Sofyan Yuli Antonius - Jurnalis dan Praktisi Komunikasi
  • Home
  • Motivasi Diri
  • Event
  • Majalah
  • Podcast
  • Biodata




Menyemai Harapan di Kepuhsari, Catatan Perjalanan dari Balik Pelatihan Leadership, Public Speaking Branding Produk Lokal

Oleh: Sofyan Yuli Antonius


Selasa, 8 Juli 2025. Pagi itu, sinar matahari menyapu hangat perbukitan Manyaran. Desa Kepuhsari terlihat begitu bersahaja namun penuh harapan. Sebagai seorang narasumber, saya datang bukan hanya untuk berbagi ilmu, tapi juga menyerap semangat dari wajah-wajah yang antusias ingin berubah, ingin maju, ingin dikenal dunia lewat produk lokalnya.

Saya mendapat kehormatan menjadi pembicara di hari pertama pelatihan “Branding dan Marketing Produk Lokal” yang digelar oleh Kementerian Sosial RI melalui BBPPKS Yogyakarta. Tema yang saya bawakan adalah "Leadership dan Public Speaking untuk Branding Produk Lokal."

Di dalam ruangan pelatihan yang sederhana namun hangat, saya melihat ibu-ibu dan bapak-bapak yang menjalankan usaha dibidang perajin wayang, peternak kambing, pemuda pengelola kelompok wisata, hingga pelaku UMKM kuliner duduk menyimak, sesekali mencatat, sesekali mengangguk pelan. Bagi saya, ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah momentum kebangkitan.

Saya mulai dengan sebuah pertanyaan, “Siapa pemimpin di desa ini?” Hampir semua peserta spontan menunjuk kepala desa. Saya senyum, lalu melanjutkan, “Boleh saya koreksi? Pemimpin di desa ini adalah Bapak dan Ibu semua. Karena yang memegang keputusan untuk bangkit atau diam, itu ada di tangan kita masing-masing.”

Kepemimpinan, saya jelaskan, bukan tentang jabatan, tapi tentang pengaruh dan tindakan. Seorang ibu yang memilih memasarkan kerajinan bambunya secara digital, itu adalah pemimpin. Seorang peternak yang memutuskan untuk membuat branding “Sapi Kepuhsari”, itu adalah pemimpin.

Lalu saya masuk ke materi public speaking. Banyak peserta tertawa kecil saat saya ajak praktik berbicara di depan. “Ngomong saja masih malu, apalagi promosi,” celetuk seorang ibu sambil tertawa. Tapi itulah tantangan terbesar. Branding produk lokal dimulai dari keberanian berbicara tentang produk kita sendiri.

Saya katakan pada mereka, “Jika kita tidak bisa menyampaikan keunggulan produk kita dengan percaya diri, bagaimana orang bisa percaya?” Saya ajarkan teknik vokal dasar, gestur, hingga bagaimana menyampaikan cerita produk dengan gaya narasi. Salah satu bapak bahkan mencoba memperkenalkan “Wisata Kepuhsari” di depan peserta. Terdengar polos, tapi penuh semangat. Dan di situlah saya tahu, prosesnya mulai berjalan.

Sebelum pelatihan digelar, saya menyimak sambutan-sambutan dari para tokoh. Pak Suminto, selaku ketua pelaksana, dengan jujur menyampaikan betapa pelatihan ini adalah tindak lanjut serius dari program nasional pengentasan kemiskinan ekstrem. Ada harapan besar yang disematkan pada desa ini.

Bu Lestari dari Dinas Sosial menyebut bahwa program ini akan jadi ujian nyata, apakah warga desa mampu bangkit bukan hanya dari keterbatasan ekonomi, tapi juga dari kemiskinan cara berpikir?

Pak Camat Toto Tri Mulyarto pun memberi semangat yang menyentuh: “Ternyata ternak sapi pun bisa menjadi brand desa.” Sementara Pak Kades Sularjo mengajak warganya bersatu hati “Desa kita tidak boleh hanya menunggu bantuan. Kita harus mandiri, kita harus bergerak.”

Hari pertama ini hanya awal. Masih ada tiga hari pelatihan ke depan dengan materi yang lebih teknis: desain branding, pemasaran digital, manajemen usaha. Tapi saya yakin, pondasi penting sudah mulai dibangun hari ini: kesadaran, keberanian, dan kemauan untuk berubah.

Sebagai narasumber, saya belajar bahwa berbicara di depan orang desa bukan berarti harus merendahkan standar, tapi justru menaikkan martabat mereka sebagai pelaku perubahan. Saya tidak merasa sedang mengajar, tapi sedang berbagi semangat yang sudah lama ada dan hanya butuh disentuh agar menyala kembali.

Kepuhsari bukan hanya nama sebuah desa di pinggir perbukitan Wonogiri. Kepuhsari adalah cermin banyak desa di Indonesia yang punya potensi luar biasa, tapi tertutup kabut ketidakpercayaan diri. Dan pelatihan ini adalah secercah cahaya yang mulai menembus kabut itu.

Saya pulang hari itu dengan hati yang penuh. Penuh rasa syukur, bahwa saya bisa ikut sedikit saja menyumbang semangat. Bahwa lewat suara, kata, dan cerita saya ikut menemani perjalanan panjang warga desa untuk berani tampil dan menyuarakan keunggulan mereka sendiri.

"Karena perubahan tidak akan pernah datang dari luar, jika dari dalam kita tidak pernah percaya bahwa kita layak untuk maju."


Ilustrasi


Jejak Panas di Malam Api Unggun, Kisah di Balik Liputan KMD Pramuka Wonogiri 2025 

Wonogiri, Jumat malam 27 Juni 2025 -Langit malam itu bertabur bintang, udara pegunungan Umbul Nogo Manyaran begitu sejuk menusuk kulit. Suara riang para pembina Pramuka yang sedang bersiap mengikuti malam api unggun begitu menggugah semangat. Sebagai jurnalis dan penyiar, saya datang untuk meliput momen penuh makna dari rangkaian Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka Wonogiri 2025.

Namun siapa sangka, malam yang seharusnya penuh kehangatan itu menjadi kisah perjalanan yang tak akan pernah saya lupakan bukan hanya karena kobaran api unggun, tetapi karena rasa panas yang menyengat di kaki saya.

Semua bermula ketika saya bergerak mendekati barisan peserta untuk mengambil gambar dan merekam suasana dari dekat. Di tengah keramaian, saya merasa ada sesuatu menggigit bagian bawah pergelangan kaki. Awalnya saya kira hanya gigitan nyamuk biasa, tapi tak lama kemudian rasa panas menyebar, seperti terbakar dari dalam kulit. Kaki saya seperti terbakar api yang tak kasat mata.

Dengan tertatih, saya mencari petugas kesehatan. Rasa nyeri semakin hebat, membuat langkah terasa berat. Saya hanya bisa berharap bahwa ini bukanlah sesuatu yang serius.

Petugas kesehatan dengan sigap memberi obat pereda nyeri, menyemprotkan cairan anti-nyeri, dan mengoleskan salep khusus agar bengkaknya tidak memburuk. “Kemungkinan digigit serangga atau semacamnya, Mas,” ucap salah satu petugas sambil terus memastikan kondisi saya.

Tapi malam itu tak seperti biasanya. Saya terus merasakan panas menjalar ke sekujur kaki bagian bawah. Meskipun liputan tetap saya selesaikan dengan semangat yang tertahan-tahan oleh rasa nyeri, hati saya berusaha kuat. Saya tahu, setiap tugas jurnalistik kadang membawa risiko yang tak terduga dan malam ini saya mengalaminya secara nyata.

Saat pulang ke rumah, tubuh terasa lelah luar biasa, tapi panas di kaki jauh lebih membakar daripada kelelahan itu sendiri. Saya tidak bisa tidur. Saya hanya bisa berbaring, memejamkan mata yang tak benar-benar bisa tertidur, berharap nyeri ini segera reda.

Dan pagi pun tiba.

Matahari belum sepenuhnya muncul ketika saya menyadari sesuatu yang begitu saya syukuri rasa panas mulai mereda. Meski belum sepenuhnya hilang, setidaknya rasa sakitnya sudah tidak seintens malam tadi. Saya menarik napas panjang, mengucap syukur Alhamdulillah, pagi ini lebih baik.

Perjalanan ini meninggalkan jejak yang bukan hanya luka di kulit, tapi juga kesan mendalam dalam jiwa. Di balik sorotan kamera dan catatan liputan, ada sisi lain dari profesi ini yang sering kali tak terlihat perjuangan dalam diam, ketabahan saat terluka, dan keyakinan bahwa setiap pengalaman, meski pahit, akan memperkaya jiwa.

Dan bagi saya, Jumat malam itu bukan sekadar malam api unggun. Ia adalah malam ujian dan keteguhan hati, saat seorang jurnalis harus tetap berdiri meski panas membakar kaki, demi menyampaikan kisah kepada para pembaca dan pemirsa. (Sofyan)


Saya berada di Auditorium tempat berlangsungnya Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-IX digelar.


Dua Dunia, Satu Semangat Catatan Jurnalistik di Balik Liputan Lustrum ke-IX UNISRI dan Art Sura 2025


Oleh: Sofyan Yuli Antonius

Jurnalis majalahlarise.com


Sabtu, 21 Juni 2025 menjadi hari yang tak terlupakan dalam perjalanan jurnalistik saya. Dalam satu hari, saya menjelajahi dua dunia berbeda yang sama-sama berdenyut di jantung Kota Solo: dunia akademik yang penuh gagasan transformatif dan dunia seni yang penuh ekspresi kreatif.Keduanya bertemu dalam satu benang merah  semangat perubahan dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa.

UNISRI Surakarta Menyemai Transformasi dari Kampus ke Dunia

Pagi itu, saya tiba lebih awal di Kampus Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), Surakarta. Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-IX digelar dengan khidmat. Tema yang diangkat, “Transformasi Tata Kelola Menuju Perguruan Tinggi yang Berdaya Saing Global”, mencerminkan tekad UNISRI untuk terus melangkah maju di tengah dinamika global.

Momen paling berkesan adalah saat Prof. Dr. Mahfud MD menyampaikan orasi ilmiahnya. Sosok negarawan itu berbicara tidak hanya dengan data dan teori, tetapi dengan semangat kebangsaan yang menggetarkan hati. Ia menegaskan pentingnya keberanian kampus untuk berinovasi dan menjadi pusat solusi atas problematika bangsa.

Saya mencatat banyak kutipan penting, merekam suasana ruang sidang, dan berbincang dengan beberapa mahasiswa. Semangat mereka luar biasa. Di balik toga dan prosesi, saya menemukan wajah-wajah harapan masa depan Indonesia.

Saya mengabadikan lewat foto saat Walikota Surakarta Astrid Widayani menoreh warna pada gambar matahari logo ART SURA 2025.


Art Sura 2025 Ketika Seni, Teknologi, dan Kota Berpadu

Usai liputan di UNISRI, saya bergegas menuju Taman Balekambang, tempat diselenggarakannya Art Sura 2025. Dari suasana formal akademik, saya langsung disambut atmosfer yang lebih bebas dan penuh warna.

Ajang seni rupa dan teknologi ini dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, yang menyampaikan pesan penting tentang peran seni dalam membentuk ekosistem kota yang kreatif dan humanis. Ia menyebut Art Sura sebagai “ruang pertemuan antara tradisi, inovasi, dan generasi masa depan.”

Saya terpukau dengan instalasi seni interaktif, pameran multimedia, serta semangat para seniman muda yang hadir. Beberapa di antaranya menggabungkan kecerdasan buatan dalam karya mereka, menjadikan seni tidak hanya sebagai ekspresi, tetapi juga eksplorasi teknologi.

Mengabadikan momen Prof. Dr. Moh. Mahfud MD saat menyampaikan orasi.


Menyatukan Dua Cerita: Solo yang Bertransformasi

Hari itu, saya merasa tidak hanya menjadi peliput berita, tetapi juga saksi dari dua energi besar yang sedang tumbuh di Solo. UNISRI membuktikan pendidikan tinggi Indonesia siap bertransformasi, sementara Art Sura menunjukkan bahwa kota ini memiliki denyut seni yang kuat dan relevan dengan zaman.

Saya menutup perjalanan liputan hari itu dengan rasa syukur. Dua acara, dua dunia, satu semangat yang sama yaitu membangun Indonesia dari kampus dan dari ruang kreatif.

Sebagai jurnalis, saya percaya tugas saya bukan hanya melaporkan, tetapi juga merawat ingatan kolektif kita atas peristiwa penting yang membentuk arah bangsa. Dan hari itu, Sabtu di bulan Juni, menjadi bagian dari cerita besar itu.


Catatan Jurnalistik:

Liputan ini menjadi pengingat perubahan tidak harus datang dari pusat kekuasaan. Ia bisa lahir dari ruang kelas, dari studio seni, dari kampus lokal, hingga taman kota. Asal kita bersedia mendengar, mencatat, dan menyebarkannya.



Dalam diam, ada air mata yang tak sempat jatuh. Dalam senyum, ada beban yang tak terucap. Seorang suami, di balik sikap tenangnya, menyimpan gelombang perjuangan yang dahsyat. Desakan demi desakan datang silih berganti himpitan ekonomi, kebutuhan rumah tangga, hingga tuntutan yang tak bisa ditunda. Semua seakan menyesakkan dada, menyulitkan langkah.

Inilah kenyataan yang tak jarang dirasakan para suami. Ketika penghasilan belum sebanding dengan kebutuhan, kepala keluarga menjadi tumpuan segala harapan. Istri butuh kepastian, anak butuh perlindungan, dan rumah tangga butuh keuangan yang stabil. Sayangnya, realitas tak selalu ramah. Pekerjaan bisa tak sepadan dengan pengorbanan, dan rezeki tak selalu datang sesuai harapan.

Namun justru di sinilah kekuatan seorang suami diuji. Bukan hanya soal fisik, tapi juga keteguhan mental. Suami sejati adalah mereka yang terus melangkah, walau lutut gemetar. Terus berpikir dan berupaya, walau hati lelah. Ia tahu, tak ada kemewahan waktu untuk menyerah. Karena keluarga menantinya pulang, membawa harapan baru.

Wahai para suami, kuatkan hatimu. Kamu bukan sendirian. Ada jutaan kepala keluarga lain yang juga berjuang, yang juga pernah merasa sesak oleh tuntutan hidup. Tapi ingatlah, dari titik paling sulit sekalipun, harapan bisa tumbuh. Bangkit dan bergeraklah, walau hanya satu langkah kecil hari ini. Jangan menunggu semuanya sempurna. Lakukan yang bisa kamu lakukan, sebaik-baiknya.

Tabahlah dalam menghadapi ujian ini. Jika sakit datang, istirahatlah sejenak tapi jangan berhenti. Jika tekanan terasa menghimpit, tenangkan dirimu dan kuatkan ikhtiar. Rezeki itu luas, dan setiap perjuangan pasti dibalas oleh-Nya. Percayalah, perjuangan seorang suami yang tulus demi keluarganya takkan pernah sia-sia.

Mari bangkit, wahai para suami pejuang. Jangan biarkan keputusasaan menelan semangatmu. Engkau pahlawan bagi keluargamu. Dan setiap tetes keringatmu adalah bukti cinta yang tak terbandingkan. (Sofyan)

 


Bukan karena aku tak mampu atau tak mau, tetapi pikiranku kerap berkecamuk, mencari ide-ide yang pas untuk dikerjakan. Proses ini bukanlah sesuatu yang sederhana. Dari sekadar ide hingga menjadi konsep yang matang dan bermakna, perjalanan ini terasa panjang dan berliku. Aku ingin menghasilkan karya dengan nilai yang tinggi, sesuatu yang tidak hanya selesai, tetapi juga berkualitas.

Terkadang, ada keinginan untuk menyelesaikan semua hal dengan cepat dan sempurna. Namun, aku sadar, terburu-buru seringkali membuat tujuan terasa kurang bermakna. Hidup adalah tentang proses, bukan sekadar hasil.

Aku selalu meyakini bahwa keyakinan pada diri sendiri adalah kunci utama. Pengakuan dari orang lain? Itu tak lagi menjadi fokusku. Aku tidak perlu menjelaskan diriku kepada semua orang. Aku lebih bersyukur karena berada di tengah orang-orang hebat yang selalu menginspirasi, memberikan semangat, dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Kehadiran mereka membuat diriku semakin bersemangat, semakin menyala.

Aku belajar untuk menghargai diriku, setiap bagian dari diriku. Menyatukan pemikiran, persepsi, dan pendapat pribadi menjadi sebuah aksi nyata adalah sesuatu yang kupelajari dengan sepenuh hati. Bekerja keras dengan penuh kesadaran adalah langkah yang terhormat. Setiap usaha, sekecil apa pun, membentuk diriku menjadi lebih kuat.

Inilah esensi kehidupan, pikirku. Hidup adalah tentang memberikan dampak, sekecil apa pun, kepada dunia di sekitar kita. Setiap hariku kini terasa lebih bermakna. Inspirasi datang dari berbagai arah, membentuk hari-hariku menjadi lebih indah.

Aku bersyukur atas setiap pengalaman yang telah kulalui. Segala sesuatu terasa seperti bagian dari rencana yang sempurna. Aku memahami bahwa setiap perjalanan memiliki risiko dan konsekuensi. Namun, aku memilih untuk tidak gentar. Keyakinan bahwa aku mampu menghadapi segala tantangan adalah senjata terkuatku.

Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh warna. Aku memilih untuk menjalaninya dengan hati yang tenang, penuh kesyukuran, dan keikhlasan. Setiap langkah adalah bagian dari pertumbuhan, dan aku yakin, dengan istiqomah, semua akan terasa lebih indah. 




Solusi Generasi Gen Z Tidak Dipecat Dari Perusahaan

Alasan perusahaan sering memecat pekerja dari generasi Gen Z, seperti kurangnya motivasi, profesionalisme, keterampilan komunikasi, kesulitan menerima feedback, hingga ketidakcocokan budaya perusahaan. Artikel ini juga menyebutkan solusi yang ditawarkan oleh ESQ Business School dan UAG University, yang menyediakan pelatihan keterampilan untuk membantu mahasiswa mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut selama masa perkuliahan.

Analisis Alasan Pemecatan Pekerja Gen-Z:

1.Kurangnya Motivasi atau Inisiatif

Banyak pekerja Gen Z dianggap kurang proaktif dalam menyelesaikan tugas atau mencari peluang baru. Hal ini dapat menghambat produktivitas tim.

2. Kurangnya Profesionalisme

Perusahaan mengharapkan sikap yang profesional dalam bekerja, termasuk dalam menjaga etika, disiplin, dan tanggung jawab.

3. Keterampilan Berorganisasi yang Buruk

Manajemen waktu, penataan tugas, dan prioritas adalah keterampilan penting yang harus dikuasai, namun sering kali belum optimal pada Gen Z.

4. Keterampilan Komunikasi yang Buruk 

Komunikasi efektif menjadi krusial dalam lingkungan kerja. Gen Z sering kali dianggap kurang mampu dalam hal ini, baik komunikasi verbal maupun tertulis.

5. Kesulitan Menerima Feedback

Kritik yang membangun seringkali dianggap sebagai serangan pribadi, sehingga beberapa pekerja Gen Z kesulitan menerima masukan untuk perbaikan.

6. Kurangnya Pengalaman Kerja yang Relevan

Kurangnya pengalaman membuat mereka tidak memahami dinamika kerja profesional.

7. Keterampilan Pemecahan Masalah yang Buruk 

Beberapa pekerja Gen Z belum mampu mengatasi masalah kompleks yang memerlukan pemikiran kritis dan analisis.

8. Keterampilan Teknis yang Tidak Memadai

Meski Gen Z tumbuh dengan teknologi, keterampilan teknis untuk pekerjaan tertentu mungkin belum cukup.

9. Ketidakcocokan Budaya

Perbedaan nilai dan harapan antara generasi Gen Z dan budaya perusahaan dapat menimbulkan ketegangan.

10. Kesulitan Bekerja dalam Tim

Pekerja Gen Z mungkin lebih terbiasa bekerja secara independen, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam kerja sama tim.

Solusi yang Ditawarkan oleh ESQ Business School dan UAG University:

ESQ Business School dan UAG University menyediakan berbagai pelatihan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja. Berikut adalah langkah-langkah pelatihan yang dilakukan:

1. Pelatihan Ketahanan Mental (Mental Resilience Training)

Pelatihan ini dilakukan untuk membangun ketahanan mental mahasiswa selama empat tahun masa studi. Ketahanan mental sangat penting untuk menghadapi tantangan pekerjaan, khususnya dalam menghadapi tekanan kerja dan situasi tak terduga.

2. Pelatihan Public Speaking

Kemampuan berbicara di depan umum tidak hanya membantu dalam komunikasi yang lebih baik, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Ini akan membantu mereka dalam presentasi, komunikasi dengan klien, atau dalam memimpin rapat.

3. Growth Mindset

ESQ menekankan pada pengembangan mindset yang terbuka dan fokus pada pertumbuhan. Dengan mindset ini, mahasiswa dilatih untuk siap menerima feedback, beradaptasi dengan situasi baru, dan terus belajar.

4. Leadership Training

Mahasiswa dilatih untuk menjadi pemimpin yang efektif, yang tidak hanya mengarahkan orang lain tetapi juga menjadi contoh dalam hal profesionalisme, tanggung jawab, dan inisiatif.

Rencana Pengembangan Diri bagi Gen Z:

Untuk pekerja Gen Z yang ingin mengatasi tantangan tersebut, beberapa langkah yang dapat diambil adalah:

1. Mengembangkan Diri Secara Proaktif

Mengambil inisiatif untuk terus belajar, baik melalui kursus online, pelatihan, atau mentor dari lingkungan kerja.

2. Membangun Kemampuan Komunikasi yang Efektif 

Mengasah keterampilan komunikasi dapat dilakukan dengan praktik public speaking, menulis email yang profesional, serta mendengarkan dengan baik.

3. Belajar dari Kritik dan Feedback

Menerima feedback sebagai bentuk masukan untuk perbaikan dan bukan sebagai serangan personal akan membantu meningkatkan kinerja.

4. Mengembangkan Keterampilan Berorganisasi

Gunakan tools manajemen waktu seperti kalender atau aplikasi produktivitas untuk mengatur prioritas pekerjaan.

5. Bersikap Fleksibel dan Terbuka terhadap Budaya Perusahaan

Memahami dan menghargai nilai-nilai perusahaan akan membantu pekerja Gen Z lebih mudah beradaptasi.

Melalui pelatihan dan pengembangan diri yang terfokus, Gen Z dapat mengatasi hambatan yang mereka hadapi di lingkungan kerja. Program dari ESQ Business School dan UAG University bisa menjadi contoh pendekatan holistik untuk mempersiapkan lulusan agar siap menghadapi dunia kerja yang semakin menantang.

Sumber: @ary.ginanjar


Dalam dunia bisnis yang penuh dengan persaingan, ada satu hal kecil yang sering diabaikan namun memiliki dampak besar: mikro momen. Mikro momen adalah momen-momen kecil yang sebenarnya merupakan kesempatan emas untuk memperkuat bisnis kita.

Setiap interaksi dengan pelanggan, sekecil apapun, seharusnya dianggap sebagai kesempatan berharga. Respons cepat dan ramah terhadap pertanyaan pelanggan bisa menciptakan kesan positif yang membuat mereka merasa dihargai. Kepercayaan yang terbangun dari mikro momen ini akan membuat pelanggan lebih cenderung untuk kembali dan berinteraksi lebih lanjut.

Penting juga untuk fokus pada pengalaman pelanggan yang detail. Detail kecil seperti kemasan produk yang menarik atau pesan terima kasih yang personal dapat membuat pelanggan merasa istimewa. Pengalaman positif ini akan mendorong pelanggan untuk merekomendasikan bisnismu kepada orang lain, memperluas jangkauan dan reputasi bisnismu.

Feedback dari pelanggan juga merupakan bagian penting dari mikro momen. Respon terhadap setiap umpan balik, baik positif maupun negatif, dapat membantu memperbaiki produk atau layanan yang ditawarkan. Memanfaatkan setiap masukan dari pelanggan akan memperkuat hubungan antara bisnis dan konsumen.

Konsistensi dalam setiap aspek bisnis juga tidak boleh diabaikan. Mulai dari desain logo, warna branding, hingga tone komunikasi, semua detail kecil ini harus selaras untuk menciptakan citra bisnis yang kohesif dan mudah dikenali oleh audiens.

Tak kalah pentingnya, manfaatkan teknologi untuk memantau mikro momen. Analisis data akan memberikan wawasan berharga tentang perilaku dan preferensi pelanggan, memungkinkan kita untuk menyampaikan pesan dan menawarkan produk dengan lebih tepat sasaran.

Jadi, apakah kita sudah cukup memperhatikan mikro momen dalam bisnis kita? Jika belum, saatnya untuk mulai mengubah cara pandang terhadap detail kecil ini. Setiap interaksi bisa menjadi batu loncatan untuk membangun profil bisnis yang lebih besar dan kuat.

Kesimpulannya, jangan remehkan kekuatan mikro momen. Detail kecil bisa menciptakan dampak besar dan membantu bisnis tumbuh dengan pesat. Jadi, mulai sekarang, perhatikan setiap momen, dan buat setiap interaksi menjadi pengalaman yang berkesan dan bernilai. (!)

Postingan Lama Beranda

Larise Radio Link

  • Larise Radio Link





Tentang Jurnal Sofyan

Jurnal Sofyan merupakan blog milik Sofyan Yuli Antonius bertujuan mendokumentasikan karya tulisan artikel berupa gagasan atau pemikiran bahkan ide untuk pengembangan potensi diri. Diharapkan para pengunjung blog mendapatkan manfaat diantaranya menambah wawasan, inspirasi serta motivasi diri. Selain itu, blog ini menghadirkan rekam jejak kisah peristiwa menarik yang dialami Sofyan Yuli Antonius. Contact: Sofyan Yuli Antonius, Email: jurnalsofyan@gmail.com

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Dua Dunia, Satu Semangat Catatan Jurnalistik di Balik Liputan Lustrum ke-IX UNISRI dan Art Sura 2025
  • Misteri Tak Pernah Terpecahkan
  • Hati Menentukan Sifat, Sikap dan Perbuatan
  • Jejak Panas di Malam Api Unggun, Kisah di Balik Liputan KMD Pramuka Wonogiri 2025
  • Biodata Sofyan Yuli Antonius
  • Menyemai Harapan di Kepuhsari, Catatan Perjalanan dari Balik Pelatihan Leadership, Public Speaking Branding Produk Lokal
  • Kuatkan Dirimu, Wahai Suami Pejuang Keluarga
  • Menumbuhkan Mentalitas Kemenangan
  • Berbagi Inspirasi dan Pengalaman Branding Media Sosial di SMK Muhammadiyah 2 Wuryantoro
  • Hanya Bisa Ucapkan Terimakasih Bagi Para Motivator

Categories

  • Biodata 1
  • Event 49
  • Motivasi Diri 100

Advertisement

Copyright © Sofyan Yuli Antonius - Jurnalis dan Praktisi Komunikasi. Designed by OddThemes