Dua Dunia, Satu Semangat Catatan Jurnalistik di Balik Liputan Lustrum ke-IX UNISRI dan Art Sura 2025

Saya berada di Auditorium tempat berlangsungnya Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-IX digelar.


Dua Dunia, Satu Semangat Catatan Jurnalistik di Balik Liputan Lustrum ke-IX UNISRI dan Art Sura 2025


Oleh: Sofyan Yuli Antonius

Jurnalis majalahlarise.com


Sabtu, 21 Juni 2025 menjadi hari yang tak terlupakan dalam perjalanan jurnalistik saya. Dalam satu hari, saya menjelajahi dua dunia berbeda yang sama-sama berdenyut di jantung Kota Solo: dunia akademik yang penuh gagasan transformatif dan dunia seni yang penuh ekspresi kreatif.Keduanya bertemu dalam satu benang merah  semangat perubahan dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa.

UNISRI Surakarta Menyemai Transformasi dari Kampus ke Dunia

Pagi itu, saya tiba lebih awal di Kampus Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), Surakarta. Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-IX digelar dengan khidmat. Tema yang diangkat, “Transformasi Tata Kelola Menuju Perguruan Tinggi yang Berdaya Saing Global”, mencerminkan tekad UNISRI untuk terus melangkah maju di tengah dinamika global.

Momen paling berkesan adalah saat Prof. Dr. Mahfud MD menyampaikan orasi ilmiahnya. Sosok negarawan itu berbicara tidak hanya dengan data dan teori, tetapi dengan semangat kebangsaan yang menggetarkan hati. Ia menegaskan pentingnya keberanian kampus untuk berinovasi dan menjadi pusat solusi atas problematika bangsa.

Saya mencatat banyak kutipan penting, merekam suasana ruang sidang, dan berbincang dengan beberapa mahasiswa. Semangat mereka luar biasa. Di balik toga dan prosesi, saya menemukan wajah-wajah harapan masa depan Indonesia.

Saya mengabadikan lewat foto saat Walikota Surakarta Astrid Widayani menoreh warna pada gambar matahari logo ART SURA 2025.


Art Sura 2025 Ketika Seni, Teknologi, dan Kota Berpadu

Usai liputan di UNISRI, saya bergegas menuju Taman Balekambang, tempat diselenggarakannya Art Sura 2025. Dari suasana formal akademik, saya langsung disambut atmosfer yang lebih bebas dan penuh warna.

Ajang seni rupa dan teknologi ini dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Surakarta, Astrid Widayani, yang menyampaikan pesan penting tentang peran seni dalam membentuk ekosistem kota yang kreatif dan humanis. Ia menyebut Art Sura sebagai “ruang pertemuan antara tradisi, inovasi, dan generasi masa depan.”

Saya terpukau dengan instalasi seni interaktif, pameran multimedia, serta semangat para seniman muda yang hadir. Beberapa di antaranya menggabungkan kecerdasan buatan dalam karya mereka, menjadikan seni tidak hanya sebagai ekspresi, tetapi juga eksplorasi teknologi.

Mengabadikan momen Prof. Dr. Moh. Mahfud MD saat menyampaikan orasi.


Menyatukan Dua Cerita: Solo yang Bertransformasi

Hari itu, saya merasa tidak hanya menjadi peliput berita, tetapi juga saksi dari dua energi besar yang sedang tumbuh di Solo. UNISRI membuktikan pendidikan tinggi Indonesia siap bertransformasi, sementara Art Sura menunjukkan bahwa kota ini memiliki denyut seni yang kuat dan relevan dengan zaman.

Saya menutup perjalanan liputan hari itu dengan rasa syukur. Dua acara, dua dunia, satu semangat yang sama yaitu membangun Indonesia dari kampus dan dari ruang kreatif.

Sebagai jurnalis, saya percaya tugas saya bukan hanya melaporkan, tetapi juga merawat ingatan kolektif kita atas peristiwa penting yang membentuk arah bangsa. Dan hari itu, Sabtu di bulan Juni, menjadi bagian dari cerita besar itu.


Catatan Jurnalistik:

Liputan ini menjadi pengingat perubahan tidak harus datang dari pusat kekuasaan. Ia bisa lahir dari ruang kelas, dari studio seni, dari kampus lokal, hingga taman kota. Asal kita bersedia mendengar, mencatat, dan menyebarkannya.

0 komentar