Catatan Kecil Seorang Anak


Catatan Kecil Seorang Anak 

Oleh: Sofyan Yuli Antonius

Catatan dari seorang anak yang merasa dirinya dilahirkan dari keluarga secara ekonomi dipandang memiliki kekurangan. Catatan ini merupakan ungkapan perasaan yang dialaminya. Secara ekonomi memang dipandang sebelah mata dari tetangga maupun dari saudara sendiri.

Keberadaan inilah dirinya merasa minder ketika bergaul dengan teman-temannya. Padahal secara pendidikan, dia tidak pernah ketinggalan dan selalu mendapatkan rangking 10 besar di kelas ketika SD. Kegundahan saat dia masuk di salah satu sekolah favorit kala SMP. Kegundahan ini ketika bermain ke rumah temannya. Melihat tampilan rumah mewah dan dari keluarga berada. Merasa malu dan merasa rendah diri. 

Rasa kegundahan dan minder ini selalu menyelimuti hari - harinya. Pikiran terus melayang kemana-mana tidak bisa berkonsentrasi saat belajar. 

"Nak ada apa kok selalu diam saja?" tanya ibunya. Tidak ada suara pun yang terucap. Mulut hanya terkunci diam seribu bahasa. Mau berkata terasa berat bahkan takut dan badan gemetar. 

"Kenapa kok diam saja? Apa ada masalah di sekolah atau nilai ada yang jelek?" tanya ibu lagi.

Dia coba membuka mulut dan bercerita apa yang terjadi. "Aku kemarin main ke rumah temanku. Mereka orang tuanya kaya, punya mobil dan aku minder dengan keberadaanku ini," jawabnya terbata-bata.

"Ooo, itu masalahnya. Memang itulah keadaan kita sekarang ini. Untuk bisa makan dan biaya sekolah saja sudah bersyukur kepada Allah SWT," terang ibu sambil menenangkan jiwa dan pikirannya.

Dengan suara penuh kelembuatan, ibu pun melanjutkan ucapannya. "Setiap orang dilahirkan di dunia ini berbeda beda nasib dan kodratnya. Yang sama itu hanya saat lahir dan saat mati. Lahir tidak membawa harta dan pulang tidak bawa harta. Harta itu hanya titipan dari Allah SWT. Rejeki sudah ada yang ngatur," jelas ibu sambil mengelus elus kepala anak.

"Kita harus tingkatkan ibadah, rasa bersyukur, terus belajar mencari ilmu sebanyak banyaknya, berusaha mengejar cita-cita. Mengenai kondisi kita saat ini tidak usah dirisaukan, minder dan gundah. Jadilah manusia yang bertakwa, berilmu dan beribadah. Insha Allah hidup kamu kelak bahagia dunia dan akhirat," papar ibu.

Setelah mendapatkan nasehat ibu, dia pun mulai sadar. Hati serta pikirannya mulai tenang. Ada semangat baru dalam hatinya. Semenjak itu dia tidak minder lagi bahkan untuk memupuk rasa percaya diri ikut ekstra Pramuka dan OSIS. Ketika menjadi pengurus OSIS dia menjabat sebagai Ketua OSIS. (*)


0 komentar