Membongkar Kesulitan Menulis Saat Jadi Jurnalis Pemula

Sofyan Yuli Antonius saat wawancara dengan Bupati Karanganyar, Rina Iriani saat penugasan magang jurnalistik.

Membongkar Kesulitan Menulis Saat Jadi Jurnalis Pemula

Keinginan menjadi penulis yang mampu menerbitkan karya tulisan di media massa atau dalam bentuk buku menjadi impian bagi sebagian orang. Tapi ada berbagai pertanyaan yang sering saya dengar dari beberapa orang ingin membuat karya tulisan artikel yang bisa dimuat di media massa seperti di koran maupun majalah. Beberapa pertanyaan yang sering saya dengar itu diantaranya menulis masih blepotan. Malu kalau tulisannya tidak bagus lantas resepnya apa agar tulisan itu enak dibaca?

Dari pertanyaan itu saya menjawab sesuai pengalaman dan pengetahuan yang saya ketahui saja. Kebetulan saya juga pernah mengalami kegelisahan dan hambatan dalam hal menulis. Ini saya alami ketika saya menulis skripsi untuk syarat lulus sarjana S1 yang mengakibatkan lulus kuliah terlambat jadi 11 semester.

Saya beruntung waktu itu bisa bergabung dengan salah satu penerbitan majalah pendidikan. Saat itu ikut belajar magang keredaksian dan penerbitan untuk majalah kampus. Dari belajar magang wartawan inilah sedikit demi sedikit kesulitan menulis skripsi dapat teratasi dan akhirnya dapat lulus kuliah. Saking asyik dengan dunia tulis menulis saya terpacu untuk bergabung jadi jurnalis di majalah pendidikan itu.

Pertama kali menulis jurnalistik juga ada kendala masih bingung mengawali paragraf pertama, apa yang mau ditulis dan mengatur kronologis berita serta masih banyak kesalahan dalam ejakan penulisan gelar, penempatan huruf kapital, tanda baca dan mengembangkan tulisan.

Tantangan sebagai seorang jurnalis pemula pertama kali yang saya alami sebelum menulis harus mencari narasumber untuk bahan tulisan melakukan teknik wawancara dengan narasumber. Membutuhkan persiapan benar-benar matang baik materi yang akan ditanyakan, mental keberanian dan alat yang digunakan.

Setelah mendapatkan data informasi yang cukup memadai tantangannya menuliskan hasil wawancara menjadi sebuah tulisan berita. Waktu itu masih ragu dalam menulis apakah pas atau tidak tulisan itu. Untuk mengatasi keraguan itu ada beberapa langkah yang saya lakukan sebagai penulis pemula.

Pertama, berdoa kepada Allah SWT dalam setiap memulai penulisan diberi kemudahan dan kelancaran serta bimbingan dalam proses menulis. Kedua, menulis semua kata-kata dari narasumber yang sudah direkam di atas kertas. Ketiga menyusun kata demi kata sesuai dengan struktur penulisan berita. Keempat membaca tulisan-tulisan karya penulis wartawan lainnya yang sudah diterbitkan di media massa koran dan majalah sebagai referensi. Kelima penuh keyakinan dan terus berusaha tulisan dapat diselesaikan. Keenam mohon bimbingan dan masukkan yang baik dari pimpinan redaksi atau redaktur agar tulisan dapat diterbitkan. Ketujuh terus berlatih dan berlatih tanpa henti tetap semangat membuat karya jurnalistik.

Beberapa langkah yang saya lakukan itu ternyata mampu membongkar kesulitan dan keraguan saat memulai jadi jurnalis. Pengalaman ini semoga bermanfaat bagi pembaca yang ingin menulis di media massa. (*)

2 komentar

  1. Trimakasih udh berbagi pengalamannya mas Sofyan. Ditunggu artikel berikutnya. Tolong dong dibuatkan artikel yang mengupas bagaimana cara menulis berita rilis. Soalnya dikantor itu banyak acara tapi masih bingung cara menulis rilis yang bisa diterbitkan di media. Terimakasih atas tanggapannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas masukkannya. Insha Allah akan saya tulis cara membuat rilis berita di media.

      Hapus