Jadi Diri Sendiri yang Mumpuni

Jadi Diri Sendiri yang Mumpuni

Berawal dari suatu keadaan yang sangat tidak mengenakan di hati. Serasa hidup ini banyak tekanan batin yang dihadapi. Pikiran pun selalu muncul suara-suara yang terdengar sangat menggangu. Suara itu seakan selalu ada dan hadir sewaktu-waktu yang membisikan hal-hal negatif. Dari suara itulah perasaan tidak mengenakan, ingin menghilangkan tapi tidak tahu caranya. Bertahun-tahun lamanya berlangsung tanpa sadar telah merubah hidup ini semakin terpuruk. 

Ingin menjalani hidup ini penuh kewajaran seperti orang lain yang rasanya tidak memiliki banyak masalah. Mereka merasa senang dengan apa yang dikerjakannya seakan tidak ada beban pikiran dan hatinya. Wajah ceria dan senyumnya menjadi tanda bahwa hidup yang dijalaninya tentu sangat membahagiakan. Itulah sekilas pikiran yang ada ketika melihat orang-orang yang ada di sekelilingku.

"Andai aku bisa seperti mereka tentulah hari-hariku sangat menyenangkan. Tapi bagaimana caranya?" suara hati ini berkata. 

"Kalau keadaanku terus-terusan begini, untuk apa aku jalani hidup di dunia ini ?" pikiranku semakin berkecamuk.

Ketika suara itu hadir. Logikaku mulai berjalan lalu berpikir diriku harus berubah dari keadaan saat ini. Harus dan harus. Apapun yang terjadi aku harus berubah. Aku harus menguatkan jiwa dan pikiran merubah nasib perjalanan kehidupanku. Aku menyadari bahwa sejarah hidupku itu aku sendiri yang mengukir bukan orang lain.

Dalam batinku yang terus bergejolak ini. Janji hati harus diperkuat dengan kesungguhan. Semua yang kurasakan ini menyelimuti gejolak jiwa yang memberontak dengan keadaan. Hanya berusaha sekuat kemampuan dan potensi yang dimiliki inilah diriku mulai berbenah diri. 

Aku berusaha tidak peduli dengan keadaan masa lalu. Hanya dalam pikirku saat ini fokus perubahan keadaan yang lebih baik. Keberhasilan itulah capaian-capaian yang harus dilakukan. Apapun syaratnya secara sungguh-sungguh harus aku penuhi. Keyakinan diri untuk menjadi lebih baik inilah yang tetap bersemayam dalam sanubariku.

0 komentar